BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Indonesia
memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan, yang
tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia terdapat
300 suku bangsa dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah (www.google + Kebudayaan).
Koentjaraningrat
mengemukakan Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh
sebuah kelompok dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni (1958 : 181).
UU. Hamidi mengemukakan
kebudayaan merupakan suatu
kebudayaan dan manusia yang tidak bisa dipisahkan karena kebudayaan pada
hakekatnya adalah manusia. Kita dapat memahami sesuatu individu di luar kebudayaan yang telah dihidupkan oleh
individu, dengan demikian hendaklah kebudayaan di lihat dalam posisi antar
manusia, akan tetapi juga sebagai gerak dari manusia itu sendiri ( 2005 : 24 ).
Dalam hal ini kebudayaan erat
hubungannya antara kebudayaan dengan masyarakat dinyatakan dalam kalimat,
“masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak ada masyarakat yang
tidak menghasilkan kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat
sebagai wadah dan pelakunya”. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (1980 : 30).
Dari
beberapa pendapat di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa Kebudayaan adalah
sesuatu yang dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran
manusia, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan dan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi, sosial, religi, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Berbicara tntang Budaya Melayu, Riau
adalah rumpun Budaya Melayu yang memiliki beragam suku, dengan
beragamnya suku-suku yang ada di Riau maka
dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan sampai pada saat sekarang masih tetap di lestarikan. Namun tradisi yang dimiliki setiap daerah
tidak terlepas dari norma-norma, nilai dan hukum yang berlaku.
Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan
Kabupaten Rokan Hulu adalah salah satu
daerah yang terdapat di Riau yang kaya akan
beragam suku, tradisi maupun adat
istiadat. Masyarakat
Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu memiliki
tradisi dan Kebudayaan yang sangat kental pada kehidupan mereka. Daerah
ini juga disebut daerah raja-raja kepenuhan yang tinggal pada masa terdahulu
dan banyak meninggalkan sejarah pada masyarakat tersebut.
Berdasarkan
sejarah Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan
Kabupaten Rokan Hulu, umumnya Kecamatan Kepenuhan pada tahun 1980 adalah daerah
yang terpencil dan sulit untuk dijangaku oleh perkembangan zaman, minimnya
sekolah, tidak adanya rumah sakit ataupun puskesmas dan kurangnya sarana-sarana
pemerintah. Keadaan masyarakatnya yang sangat tradisional yang menghabiskan
masa hidup di ladang atau di kebun mencari pengasilan untuk menyambung hidup.
Begitu pula jika masyarakat ini menderita suatu penyakit sudah barang tentu
masyarakat ini hanya melakukan proses penyembuhan dengan cara tradisional yaitu
melaksanakan Ritual-ritual pengobatan yang dianggap bisa menyembuhkan penyakitnya.
Saat sekarang ini Masyarakat Tanjung Padang
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu memiliki berbagai macam upacara adat dan upacara atau Ritual pengobatan yang masih sering
diingat oleh masyarakat tapi sudah jarang dilaksanakan. Upacara pengobatan pada masyarakat Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan
Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
merupakan salah satu wadah yang menampung
berbagai macam unsur seni, seperti seni tari, seni rupa, sastra dan seni
pertunjukan lainnya, salah satu upacara Ritual pengobatan yang ada pada
masyarakat ini adalah Ritual
Bokuan.
Menurut
M. Umar sebagai seorang dukun atau Bomo di Tanjung Padang tersebut menyatakan
bahwa
Bokuan adalah istilah dalam dialek pada Masyarakat Tanjung Padang dan dialek ini berasal dari para terdahulu yang
berarti bersembunyi. Bokuan juga
disebut Tuun Jin ( Turun Jin ), Ritual pengobatan ini memanggil makhluk gaib, roh-roh
yang anggap bisa menyembuhkan penyakit, dengan kata lain Bokuan adalah Ritual untuk menyembuhkan penyakit yang tidak dapat
terdeteksi oleh Medis, seperti penyakit kiriman, santet ( Gayong ), Api Tuju dan penyakit megik lainnya.
M. Umar sebagai dukun atau Bomo
menyatakan keberadaan pengobatan ini sangat erat keberadaannya ditengah-tengah masyarakat
Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan. Ritual Bokuan
telah ada sejak zaman nenek moyang terdahulu dan dibawakan secara turun
temurun. Kapan dan siapa yang membawa Ritual Bokuan ini tidak bisa
dipastikan. Tetapi Rirual pengobatan ini tidak menjadi pertentangan bagi
masyarakat Tanjung Padang maupun dalam
agama islam .
Ritual
Bokuan ini tetap mendapat tempat di
tengah-tengah masyarakat Tanjung Padang, mereka sangat mempercayai Ritual ini
untuk penyembuhan penyakit yang dialami. Namun pada saat sekarang dengan
perkembangan zaman, Ritual ini sudah tidak pernah lagi dilaksanakan. Karena
bagi masyarakat dengan adanya perawatan medis seperti Rumah Sakit, maka
masyarakat hanya melakukan pengobatan kepada Dokter.
Adapun
dalam pelaksanaan Ritual Bokuan ini,
pelaksana hanya satu orang Bomo saja
dan dua orang anggotanya sebagai juru bicara atau penjaga alat-alat dalam Ritual
Bokuan tersebut. Tahap-tahap dalam
pelaksanaannya adalah yang pertama
menyiapkan bahan-bahan yang harus dipersiapkan Tadah atau talam yang
beralaskan lilipan ( anyaman dari
daun kelapa ), kemudian isi yang harus disiapkan dalam tadah tersebut
kemenyan dan bara api, lilin, beras betih, mayang mungkuih ( mayang
pinang yang belum terbuka) seekor ayam
yang dibagi menjadi dua bagian. setengah
dari potongan ayam dibakar atau dipanggang dan setengahnya lagi disajikan
secara mentah. Jika pasien tidak bisa mencari bahan-bahan ataupun
persyaratan yang diminta Bomo, maka pasien bisa meminta bantuan kepada anggota
Bokuan untuk mencari peralatan yang belum lengakap.
Selanjutnya Bomo mengambil posisi duduk
dengan menutup badannya dengan sehelai kain panjang dan pasien tersebut
berbaring didekat Bomo. Setelah mantra dibacakan oleh Bomo dan Bomo kemasukan
Jin, maka Bomo berdiri sambil membacakan syair dengan bahasa dalam pengobatan
sambil mengelilingi pasien, dalam Ritual ini jika Bomo sudah kemasukan Jin yang
dianggap sebagai penolong, dengan sekejap saja bahasa seorang Bomo menjadi
berubah
Dalam penelitian ini, penulis merasa tertarik mengetahui Tradisi Bokuan dalam Ritual Pengobatan pada Masyarakat Tanjung Padang di Kecamatan
Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, karena tradisi
ini masih tetap diingat oleh masyarakat Tanjung Padang, tetapi sudah tidak
pernah dilakukan lagi oleh masyarakat tersebut dan hanya beberapa orang saja yang
mengetahui tentang Ritual Bokuan ini.
Kemudian penulis ingin mengetahui bagaimana keberadaan dan bagaimana
cara pelaksanaan Ritual pengobatan ini, sekaligus memperkenalkan Ritual Bokuan pada masyarakat umum.
1.2 Rumusan Masalah
Banyak
hal yang terkandung dalam tradisi Ritual pengobatan Bokuan yang perlu dikaji lebih mendalam dan ditinjau dari aspek
kebudayaan. Dari latar belakang yang di jelaskan dapat diambil beberapa
identifikasi masalah yang sekaligus menjadi batasan masalah.
1.
Bagaimanakah keberadaan Ritual Bokuan
pada masyarakat Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu
Provinsi Riau?
2.
Bagaimanakah pelaksanaan Ritual Bokuan pada masyarakat di Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan
Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau ?
1.3
Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan data memecahkan setiap masalah yang ditemukakn dalam penelitian
ini. Secara khusus, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keberadaan Ritual Bokuan
pada masyarakat Tanjung Padang
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
2. Untuk mengetahui pelaksanaan Ritual Bokuan
pada masyarakat di Tanjung Padang
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau
1.4 Manfaat
penelitian
Dalam penelitian ini penulis
mengharapkan penelitian ini memberikan hasil
yang bermanfaat dan berguna yaitu sebagai berikut :
1. Bagi
penulis kiranya bermanfaat untuk mengetahui tentang Ritual Bokuan pada masyarakat di Tanjung Padang
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau?
2.
Bagi Program Studi Sendratasik, penulisan
ini diharapkan sebagai sumber ilmiah dan
kajian dunia akademik, khusunya di lembaga pendidikan seni.
3. Mengenal Kebudayaan masyarakat Melayu
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan
Hulu dan berupaya untuk melestarikannya.
4. Bagi pemerintah penelitian ini sebagai bahan
masukan dalam rangka kegiatan
pengembangan kesenian masyarakat.
5. Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat memberi
pemahaman terhadap Ritual pengobatan Bokuan
pada masyarakat di Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu
Provinsi Riau.
6. Untuk ilmu penegetahuan, agar dapat memberikan
sumbangan bagi dunia pendidikan khususnya seni music
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1
Konsep Ritual
Situmoran
mengatakan Ritual adalah suatu hal yang berhubungan terhadap keyakinan
dan kepercayaan spritual dengan suatu tujuan tertentu. Ritual juga
disebut hal ihwal tatacara dalam upacara keagamaan. ( 2004: 175 ).
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Ritual dapat diartikan sebagai
peranan yang dilakukan oleh komunitas berdasarkan suatu agama, adat-istiadat,
kepercayaan, atau prinsip, dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan ajaran atau
nilai-nilai budaya dan spritual yang diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang
mereka. (Purba dan Pasaribu, 2004: 134).
Menurut Koentjaraningrat pengertian Ritual
adalah sistem aktifitas atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau
hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam
peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan (1990: 190 ).
2.2 Teori Ritual
Mowen mengatakan Ritual
kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi
yang secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol
budaya (1995: 45).
Menurut
Helman Ritual adalah serangkaian
kegiatan stereotip yang melibatkan gerak-gerik, kata-kata, dan benda-benda yang
digelar di suatu tempat dan dirancang untuk mempengaruhi entitas atau kekuatan
alam demi kepentingan dan tujuan pelakunya. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa
karakteristik kunci semua Ritual adalah perilaku yang berulang yang tidak
memiliki dampak langsung seperti teknologi. Simbol Ritual berkaitan dengan
nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan-kepercayaan, sentimen-sentimen,
peran-peran dan hubungan-hubungan sosial dalam sistem budaya dari komunitas
penyelenggara Ritual, yang dapat dijabarkan sesuai dengan konteksnya (1984:123).
Dalam
Wikipedia mengemukakan Ritual merupakan serangakaian kegiatan yang dilaksanakan
terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama
atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu.
kegiatan-kegiatan dalam Ritual biasanya sudah diatur atau ditentukan, dan tidak
dapat dilaksanakan secara sembarangan ( www.google+Ritual).
2.3 Konsep Keberadaan
Menurut Kamus
besar Bahasa Indonesia keberadaan merupakan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
sangat erat hubungannya dengan pola pikir pandangan hidup, nilai norma etika
serta aspek-aspek kehidupan lainnya dalam masyarakat ( 1991 : 5 ).
Sedyawati mengemukakan
keberadaan seni adalah sala satu hasil
budidaya manusia yang merupakan realitas kehidupan yang telah dikembangkan oleh
umat manusia itu sendiri yang tidak dapat dipungkiri oleh manusia ( 2006 : 218
).
Ahmad mengatakan bahwa keberadaan
adalah hal yang dapat dijumpai ( 2006 : 76 ).
Menurut UU. Hamidi keberadaan tradisi merupakan kehidupan yang biasa
terpelihara melalui berbagai upacara namun tetap akan dapat bergeser dan
akhirnya berubah oleh pergantian generasi ( 2006 : 155 ).
Secara umum konsep keberadaan seni
telah dirumuskan oleh Koentjraningrat bahwa seni adalah merupakan salah satu
produk budaya suatu bangsa, dengan sendirinya akan berdasarkan pada Bhinneka
yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, dan itu merupakan kekayaan budaya yang
tidak ternilai harganya. Perkembangan budaya yang dilakukan manusia merupakan
suatu tuntunan alamiah yang dimulai dari tingkat peradaban terendah sampai
kepada tingkat peradaban modern. Beriring dengan proses evolusi peradaban
manusia sebagai makhluk ciptaanNya yang
telah diberi kelebihan dibandingkan dengan makhluk laiinya ( 1997 :
132).
2.4
Teori Keberadaan
Dalam Kamus Bahasa Indonesia
mengemukakan keberadaan berasal dari kata “ ada “ yang berarti hadir yang
kemudian ditambah dengan imbuhan “ ke-ber “ dan akhiran “ an “ sehinggga
menjadi keberadaan yang berarti kehadiran pada suatu hal ( 2007 : 5 ).
UU. Hamidi mengemukakan keberadaan
merupakan suatu hal yang terjalin dalam kehidupan masyarakat yang telah
menyebabkan peristiwa-peristiwa kehidupan yang berpilin dalam perikehidupan
dimana insan itu berada. Tiap insane dibesarkan dalam jalinan kehidupan, karena
itu hidupnya insan itu hanya mengenal, memahami, mengahayati, menyerap dan
mengamalkan nilai-nilai yang terpelihara oleh masyarakat itu sendiri ( 2010 :
22 ).
2.5
Konsep Pelaksanaan Ritual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengemukakan Pelaksanaan terdiri dari
kata pelaksa-an yang diberi imbuhan pe- dan akhiran an. Yang artinya proses,
cara, melaksanakan perbuatan dalam bentuk
rancangan keputusan. ( 2002 : 351 ).
Lanjutan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pelaksanaan adalah gambaran, rupa, atau
wujud yang terdiri dari kata pe-laksana-an yang berarti tanda atau perbuatan
(2008 : 178).
Menurut
Van Gennep mengemukakan pelaksanaan
upacara merupakan suatu upacara yang dilakukan dimaksudkan agar orang
terhindar dari malapetaka dan gangguan yang dilakukan oleh bermacam-macam
makhluk halus. Menurut kepercayaan, semua malapetaka dan gangguan dari makhluk
halus itu dapat dihindarkan apabila keluarga itu secara taratur melakukan
ritual-ritual dengan memberikan korban dalam bentuk sesaji kepada makhluk
halus. Bermacam-macam sesaji yang diperuntukkan baik kepada makhluk halus
maupun arwah ada leluhur merupakan tradisi yang turun temurun yang diupayakan
kelestariannya oleh kelompok sosialnya ( 19997 : 103 ).
Sal
Gunto mengatakan bahwa pelaksanaan tradisi selalu diartikan sebagai kebiasaan,
pemikiran, kepercayaan yang diturunkan dari suatu generasi kegenerasi
berikutnya. Tradisi dianggap sesuatu sesuatu yang tidak dapat di ubah, di
bongkar, serta diingkari, tradisi merupakan akar perkembangan. Kebudayaan yang
memberi ciri khas identitas atau kepribadian
suatu bangsa yang harus di pelihara dan di kembangkan (2009 : 15).
2.6 Teori Pelaksanaan Ritual
Menurut
Vandem bahwa pelaksanaan adalah suatu hal yang berlangsung dalam rangkaian
kegiatan tertentu yang berhubungan dengan tempat, ruang, waktu yang
diselenggarakan, pemimpin, perlengkapan dalam kegiatan tersebut ( 2009 : 12 ).
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Pelaksanaan
yang terdiri dari kata pelaksa-an yang diberi imbuhan pe- dan akhiran an yang
artinya proses, cara, melaksanakan perbuatan ( 2002 : 351 ). Lanjutan dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengemukakan pelaksanaan adalah laku, perbuatan,
menjalankan atau melakukan sesuatu
UU
Hamidy mengatakan bahwa dalam setiap tradisi sering dijumpai upacara-upacara
dan bentuk Ritual lainnya sebagai pengiring kehidupan pada suatu daerah. Dimana
peristiwa kehidupan biasanya telah berlangsung dengan upacara-upacara, setiap
upacara akan meliputi ruang, waktu dan tempat pelaksanaan, teks (pesan-pesan
upacara), pelaku dan peserta upacara (2009 : 21-22).
2.7
Kajian Relevan
Sebagai perbandingan dalam penelitian ini, ada beberapa kajian relevan
yang menjadi acuan diantaranya:
Ervalinda
(2009) yang berjudul ‘’Seni Pertunjukan BADEO
Dalam Masyarakat Petalangan Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan’’
Mahasiswa Jurusan Sendratasik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Islam Riau, permasalahan yang di angkat yaitu apakah fungsi seni pertunjukan Badeo pada masyarakat Petalanagan di
Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. Metode yang digunakan deskriptif
kualitatif, sebagai acuan adalah mengenai pelaksanaan pada Ritual Badeo tersebut.. Siska Merianti (2010) yang berjudul ‘’ Ritual Zikir Saman di
Pulau Birandang Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar ‘’. Permasalahan yang
di angkat yaitu unsur-unsur seni, pertunjukan, dan keberadaan Ritual Zikir Saman di Pulau Birandang
Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Metode penelitian yang digunakan
metode deskriptif kualitatif, yang menjadi acuan penulis adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif pada Ritual Zikir Saman. Penelitian yang
dilakukan oleh Sustari putri (2010) yaitu tentang Keberadaan Upacara Ritual
Turun Mandi Pada Masyarakat Di Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan
Sengingi. Metode yang dipakai deskriptif analisis. Permasalahan penelitian yang
diangkat oleh Sustari adalah Pelaksanaan dan Keberadaan Upacara Ritual Turun
Mandi Pada Masyarakat Di Kecamatan Kuantan Hilir Kabupaten Kuantan Sengingi, teknik
pengumpulan datanya yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Yang menjadi acuan
penulis dari penelitian ini adalah Keberadaan Upacara Ritual.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Metode penelitian
Hardiansyah mengemukakan Metode
penelitian merupakan suatu cara atau jalan
untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Didalam
yang dilakukan dikenal adanya beberapa macam teori untuk menerapkan salah satu
metode yang relevan terhadap permasalahan tertentu, mengikat bahwa tidak setiap
permasalahan yang dikaitkan dengan
kemampuan si peneliti (2009 : 132 ).
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Diskriptif dengan data kualitatif. Penulis menggunakan metode diskriptif dengan
data kualitatif karena penelitian
dilakukan dengan pendekatan terhadap objek kajian yang diteliti. Dengan metode
penelitian ini supaya mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Metode
dalam penelitian ini juga sesuai dengan masalah dan tujuan yang ingin dicapai. Selain
itu, juga memberi kemudahan bagi peneliti dalam menjalankan proses penelitian
yang akan dijalankan dilapangan.
Menurut Peshkin, metode diskriptif
dalam penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang dapat menerangkan,
membuat interpretasi, menilai, mengesahkan dan melakukan perpaduan atau
pengintegrasian ilmu tentang dunia dan apa yang berlaku di dalamnya (1993 :
187).
Menurut Sudarwan penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang banyak berada di lapangan, peneliti
kebanyakan berurusan dengan fenomena atau gejala sosial. Fenomena itu perlu di
dekati oleh peneliti dengan terlibat langsung pada situasi real, tidak cukup
meminta bantuan orang atau sebatas mendengar penuturan secara jarak jauh.
Penelitian ini pada dasarnya dengan partisipasi langsung kepada objek yang di
teliti, sesuai dengan pendekatan etnografi. Penelitian etnografi (budaya)
merupakan metode penelitian yang banyak dilakukan dalam bidang antropologi
terutama yang berhubungan dengan setting budaya masyarakat dalam bentuk cara
berprilaku, cara hidup, adat berprilaku sosial ( 2008 : 121 ).
3.2 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, adapun lokasi yang menjadi tempat penelitian adalah di Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan
Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Lokasi ini dipilih oleh penulis sebagai
tempat penelitian, karena lokasi ini adalah tempat tinggal penulis. Sehingga
bisa mempermudah penulis dalam memperoleh data, tidak memakan biaya yang mahal
terutama dalam hal transfortasi dan bisa lebih mudah berintraksi dengan
masyarakat setempat.
3.3. Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Sugiyono mengemukakan populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek ataupun subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( 2008 : 117 ).
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis mengadakan penelitian di
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu yang memiliki jumlah penduduk 13.000
jiwa dengan karakteristik masyarakat umum, alim ulama, tokoh adat dan
pemerintah daerah. Namun karena popilasi berjumlah besar, maka peneliti
menggunakan sampel yang diambil dari populasi yang dapat mewakili.
3.2.2 Sampel
Mardalis menyatakan sampel adalah
contoh, yaitu sebagaian dari individu yang menjadi objek penelitian. Tujuan
penentuan sample adalah untuk memperoleh keterangan mengenai objek penelitian
yang cara mengamati hanya sebagaian dari populasi dari suatu reduksi terhadap
jumlah objek penelitian (1989 : 55).
Iskandar menyatakan sampel adalah sebagian
dari populasi yang diambil secara refresentatif atau mewakili populasi yang
bersangkutan atau bagian kecil yang diamati ( 2008 : 69 ). Sedangkan menurut
Nurul Zuriah, sampel adalah sebagai bagian dari populasi sebagai contoh yang
diambil dengan menggunakan dengan cara-cara tertentu ( 2006 : 119 ).
Sampel yang digunakan oleh penulis
adalah sampel purposive, tujuan penulis
menggunakan sampel ini, karena penulis
hanya mengambil sampel diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. adapun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah tiga orang diantaranya adalah M.
Umar, Ismail syah, Rosifah.
Menurut Iskandar sampel purposive adalah
pengambilan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya dengan pertimbangan tertentu ( 2008 : 74 ).
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Observasi
Observasi adalah memperhatikan dan mengikuti.
Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistematis
sasaran perilaku yang di tuju. (Banister
1994 : 131 ). Menurut Husaini, Observasi ialah pengamatan dan pencatatan
yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan
proses yang kompleks yang tersusun dari proses biologis dan psikologis. Dalam
menggunakan teknik observasi yang terpenting ialah mengandalkan pengamatan dan
ingatan sipeneliti (1995:54-56).
Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan observasi dalam observasi
ini, peneliti menggunakan teknik
observasi nonpartisipasi, dimana
observasi nonvartisipasi ini adalah obsever tidak langsung secara aktif
dalam objek yang di teliti. Alasan peneliti menggunakan observasi
nonpartisipasi ini adalah peneliti hanya mengamati bagaimana Ritual Bokuan dalam Ritual Pengobatan pada masyarakat Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan. peneliti tidak terlibat
langsung dalam pelaksanaan Ritual Pengobatan tersebut, tetapi hanya mengamati
tentang Ritual Bokuan dalam
Pengobatan Masyarakat Tanjung Padang Kecamatan Kepenuhan itu saja.
Sugiyono mengemukakan bahwa observasi
nonpartisipasi adalah observasi yang tidak melibatkan langsung pada sesuatu
yang di telitinya dan peneliti hanya sebagai pengamat peneliti hanya mencatat,
menganalisa dan selanjutnya membuat kesimpulan dari data yang di perolehnya di
lapangan (2008 : 204).
3.4.2 Teknik Wawancara
Menurut Moleong, wawancara adalah
hubungan intraksi antara peneliti dengan nara sumber yang tujuannya untuk
mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, kepedulian tentang situasi sosial (2001 : 135 ).
Adapun
Teknik wawncara yang dihubungkan adalah teknik wawancara terstruktur, Wawancara terstruktur
adalah tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data-data yang
relevan. dalam wawancara ini peneliti
berdialog langsung dengan nara sumber dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara terstruktur dan sistematis. Alasan peneliti menggunakan wawancara ini
karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan beraturan, sehingga dalam memperoleh
data dilapangan, peneliti dengan mudah memahami segala informasi yang diberikan
oleh nara sumber kepada peneliti.
Adapun
dalam teknik wawancara ini peneliti mewawancarai sebanyak delapan orang diantaranya adalah Dukun atau Bomo yaitu M. Umar, juru bicara
dari bomo yaitu Ismail, Penjaga
peralatan dalam pelaksanaan Ritual yaitu
Rosifah. Dua orang dari pemuka agama, dua orang dari masyarakat setempat
dan satu orang dari seniman.
Moleong mengemukakan wawancara
terstruktur adalah percakapan yang dilakukan peneliti dengan responden dengan
pertanyaan-pertanyaan yang telah ditetapkan oleh peneliti kepada responden
berdasarkan kepada objek yang diteliti
( 2001 : 135 ).
3.4.3 Dokumentasi
Menurut
Hediansyah Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek
sendiri atau orang lain tentang objek yang diteliti dan merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan peneliti untuki mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media yang tertulis dan dokumen lainnya yang
dipilih atau dibuat langsung oleh subjek ( 2009 : 143 ).
Dalam hal ini, peneliti lakukan
adalah merekam pembicaraan menggunakan HP, camera film yang berguna untuk
memperkuat menyimpan data dengan melakukan perekaman terhadap narasumber secara
langsung untuk memperkuat hasil dari penelitian yang di lakukan. hal ini juga
dimaksud untuk mendapatkan data yang lebih jelas dapat terdokumentasi dengan
baik. Setelah data terkumpul, dikelompokkan atau diteliti lagi sesuai dengan
permasalahan yang ingin dijawab. Selanjutnya data di proses, dideskripsikan,
dianalisa dan di interpretasikan serta dicari relevasinya antara komponen yang
satu dengan yang lainnya. Pada tahap ini diharapkan dapat menemukan
jawaban-jawaban terhadap permasalahan yang diajukan dalam peneltian.
3.5
Teknik Analisis Data.
Hardiansyah
mengemukakan bahwa analisis data merupakan tahap pertengahan dari serangkaian
tahap dari sebuah penelitian yang mempunyai fungsi yang sangat penting. Hasil
penelitian yang dihasilkan harus melalui proses analisis data terlebih dahulu agar dapat dipertanggung
jawabkan keabsahannya (2009 : 158).
Tujuan
dari analisis data ialah untuk mengungkapkan :
(1) Data
apa yang masih perlu dicari
(2) Pertanyaan
apa yang perlu dijawab
(3) Metode
apa yang harus digunakan untuk mendapatkan informasi baru
(4) Kesalahan
apa yang harus segera diperbaiki
Ada berbagai cara untuk
menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a.
Reduksi Data
b. Display
Data
c. Pengambilan
keputusan dan verifikasi (1995 : 86-87 ).
Berdasarkan keterangan di atas, maka
penulis menggunakan analisis data pengambilan
keputusan dan verifikasi karena peneliti berusaha mencari pola, model, tema,
hubungan, persamaan, dan hal-hal yang muncul dalam Ritual Bokuan dalam Ritual Pengobatan pada Masyarakat Tanjung Padang
Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu.
3.6
Sistematika Penulisan
Hasil penelitian terdiri dari lima
bab, Bab I terdiri dari pendahuluan, latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Bab II, penulis membahas konsep yang terkait
dengan masalah yang diajukan. Konsep yang digunakan penulis dalam penulisan
penelitian ini yaitu, konsep dan teori tradisi, makna, dan nilai. Bab III,
penulis membahas mengenai metodologi penelitian yang dipakai penulis dalam
penyusunan penulisan proposal ini yaitu metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, sistematika penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer
Abdul, 1995. Pengantar Samatik Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Hamidy, U.U. 2010. Toponomi
Riau, Pekan Baru : Jagat Melayu Di Riau.
Hrediansyah,
H. 2009. Metode Penelitian Kualitatif,
Seni dalam Memahami Fenomena Sosial. Yogyakarta: Greentea Publishing.
Koencoro. 2006. “Teknik Analisi Data Penelitian
Kualitatif. Bandung P.T. Gramedia
Koentjaraningrat,
2002. Pengantar Ilmu Antropologi,
Jakarta : P.T. Rineka Cipta
Maleong,
Lexy A. 1998, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : P.T. Gramedia
Muhadjir,
Noeng. 1998. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: P.T. Remaja
Rosdakarya
Parera
J.D, 2004. Teori Samatik. Jakarta : Erlangga.
Subagyo, joko. (2006). Metode penelitian dalam teori dan praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Subagyo,
Joko. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Sudarsono.1978.
kebudayaan Indonesia I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Sumarjo
Jakob.1999.Filsapat Seni.Bandung : ITB
Syamsinar
Saleh. 1986. Pertumbuhan Seni Budaya. Padang Panjang : ASKI.
Turner,
Ashley, 1993 Seni Pertunjukan Indonesia, jakarta
: P.T. Gramedia,
Widaggho
Djoko, 1994. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Yunus
Ahmad, 1985. Upacara Tradisional yang
berkaitan dengan peristiwa alam dan
kepercayaan daerah Sumatera Barat. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Bisa buat di teliti lebih dalam lagii..
BalasHapusMohon ijin mencantumkan judul penelitian saudara di dalam tugas saya, hanya sebagai contoh judul dalam aplikasi proposal kebudayaan, mohon maaf terima kasih.
BalasHapusBagi nama gmail nya bang
BalasHapus